BAB I
LATAR BELAKANG
Selama periode inflasi, akan banyak
isu-isu berkaitan tentang hal tersebut. Nantinya akan sangat mempengaruhi
pelaporan keuangan dan perubahan harga. Nilai aktiva yang tercatat sebesar
biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih
tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang
dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi. Nilai aktiva yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajemen, ketidakakuratan ini
mendistorsi proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut
menyebabkan kenaikan dalam proporsi pajak, permintaan deviden lebih banyak dari
pemegang saham, permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja,
dan tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak
keuntungan yang sangat besar.
Dan jika perusahaan telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan perusahaan tidak dapat melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami kenaikan harga karena kekurangan sumber daya. Penyajian laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga akan mempengaruhi pembaca laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan kinerja oprerasi perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya beli kini sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat pengukuran laba yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (atau ekuivalennya) selama periode inflasi.
Dan jika perusahaan telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan perusahaan tidak dapat melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami kenaikan harga karena kekurangan sumber daya. Penyajian laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga akan mempengaruhi pembaca laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan kinerja oprerasi perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya beli kini sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat pengukuran laba yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (atau ekuivalennya) selama periode inflasi.
Sekarang kita melihat ulang secara singkat
istilah-istilah konvensional laba perusahaan. Secara tradisional, laba (yaitu
kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian dari kekayaan perusahaan (yaitu
aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi
tanpa mengurangi kekayaannya hingga berada di bawah posisi awal.
Dengan demikian, akuntansi konvensional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal awalnya. Model daya beli konstan biaya historis menganggap selisih perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan mampu membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Darimana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi akan banyak isu-isu tentangnya, perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasinya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, klaim terhadap atau kewajiban untuk membayarkan matauang dengan jumlah yang tetap di masa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutangusaha, yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama inflasi.
Dengan demikian, akuntansi konvensional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal awalnya. Model daya beli konstan biaya historis menganggap selisih perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan mampu membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Darimana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi akan banyak isu-isu tentangnya, perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasinya. Perubahan ini muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, klaim terhadap atau kewajiban untuk membayarkan matauang dengan jumlah yang tetap di masa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutangusaha, yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama inflasi.
Berkebalikan dengan akuntansi konvesional,
laba yang dihitung dengan model daya beli konstan harga historis. Namun
demikian, mengambil dana membuat kekayaan perusahaan pada akhir periode menjadi
besar, sehingga memberikan kepada perusahaan daya beli yang sama pada akhir periode
dengan awal periode.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
2.1.1 Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting
Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan
dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari
$1 miliar,untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli
konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang
berubah. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut
untuk 5 tahun terakhir :
1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi
lainnya
2. Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini
3. Keuntungan atau kerugian daya beli
(moneter) atas pos-pos moneter bersih
4. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini
atau jumlah yang dapat dipulihkan (jumlah kas bersih yang diperkirakan akan
dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum).
5. Setiap agregat penyesuaian translasi mata
uang asing, berdasarkan biya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
6. Aktiva bersih pada akhir tahun menurut
dasar biaya kini
7. Laba per saham (dari operasi berjalan)
menurut dasar biaya kini.
8. Dividen per saham biasa
9. Harga pasar akhir tahun per lembar saham
biasa
10. Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer
Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Untuk meningkatkan daya banding data
tersebut,informasi dapat disajikan dalam :
Ekuivalen daya beli rata-rata (atau akhir
tahun), atau Dollar periode dasar (1967) yang digunakan dalam menghitung CPI.
2.1.2 Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris
(Accounting Standard Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik
Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), ”Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal . Laporan biaya
kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini,
beserta catatan penjelasan Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan
pelaporan :
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
2. Menyajikan akun-akun biaya historis
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dalam
perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter SSAP 16
mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga
spesifik, yaitu :
Penyesuaian
modal kerja moneter (Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui
pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang
digunakan oleh perusahaan dalam operasainya.
Mekanisme
penyesuaian, memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non
moneter perusahaan (seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja
moneter). Mekanisme penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak
memerlukan biaya penggantian tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai
melalui utang.
2.1.3
Brasil Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil mencerminkan dua kelompok
pilihan pelaporan, yaitu :
Hukum
Perusahaan Brasil
Menyajikan
ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan
indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata
uang lokal Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil Mewajibkan metode akuntansi untuk
perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik harus
mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan
menggunakan mata uang fungsionalnya.
Pada
akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli
umum menjadi unit mata uang lokal nominal. Juga :
Persediaan
dikategorikan sebagai aktiva non moneter dan diukur ulang dengan menggunakan
mata uang fungsional.
Pos-pos
moneter yang tidak dikenakan bunga dengan masa jatuh tempo yang melebihi 90
hari didiskontokan menjadi nilai kini untuk mengalokasikan keuntungan dan
kerugian inflasi yang terjadi ke dalam periode akuntansi yang memadai.
Penyesuaian
neraca direklasifikasikan juga ke dalam pos-pos terkait dalam laporan laba
rugi.
2.2 BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
2.2 BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Secara
khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata
uang perekonomian hiperinflasi,apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya
historis atau biaya kini,harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan
pada tanggal neraca. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan
posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan
keuangan utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini). Identitas dan
tingkat indeks harga pada tanggal neraca,beserta dengan perubahannya selama
periode pelaporan. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode
tersebut.
2.3 ISU – ISU MENGENAI INFLASI
2.3 ISU – ISU MENGENAI INFLASI
2.3.1
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Di
Amerika Serikat Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter ditentukan dengan
menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta transakasi
dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang).
Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Di
Inggris , keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal
kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan
melalui perubahan harga khusus. Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat
(atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama
selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas
(dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran
yang dapat dihapuskan,yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada
Pemegang Saham”.
Tujuan
akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan
memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan
kemungkinan arus kas masa depan. Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya
terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keruntungan
dan kerugian moneter.
2.3.2
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi dua bagian:
Laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi) dan Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan
aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan
inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan,baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan,maka perubahan biaya kini persediaan,aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya).
Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan,tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini,kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan,baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan,maka perubahan biaya kini persediaan,aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya).
Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan,tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini,kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
2.3.3
Akuntansi untuk Inflasi di Luar Negeri
FAS 89,
yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan perubahan
harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua
tingkatan :
1)
perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan
biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau
menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini.
2)
perusahan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi
luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan
ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Investor
memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik dan
bukan tingkat harga umum. Karena penyesuaian tingkat harga spesifik (model
biaya kini yang kita gunakan) menentukan jumlah maksimum yang dpat dibayarkan
oleh perusahaan sebagai dividen (kekayaan yang dapat dibagikan) tanpa mengurangi
kapasitas produktifnya.
Menyajikan
ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen
harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi
ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin yang menyangkut dividen masa depan.
2.3.4
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada
saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri,
seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai
kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung berpengaruh
terhadap kurs yang digunakan dalam translasi.
Penyesuaian
inflasi terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk
mengurangi basarnya laba “sebagaimana yang dilaporkan” untuk menghindari
penilaian lebih laba bersih. Namun demikian,karena pengaruh hubungan terbalik
antara inflasi lokal dan nilai mata uang,perubahan kurs valuta asing di antara
laporan keuangan yang berurutan,yang umumnya disebabkan oleh inflasi,
menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi
perusahaan “sebagaimana yang dilaporkan”. Untuk menghindari proses penyesuaian
terhadap pengaruh inflsi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus
memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil
“sebagaimana yang dilaporkan” dari suatu perusahaan.
BAB III
BAB III
PENUTUP
Eksistensi
level yang signifikan dari inflasi dan perubahan harga di banyak Negara mempengaruhi
kebutuhan dan kegunaan sistem akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan menjadi
subjek dari banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan.
Walaupun akuntansi General Purchasing Power (daya beli umum) telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat di tingkat nasional yang selamat dari akuntansi inflasi pada pertengahan 1989. Meskipun begitu, beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela.
Kontroversi, hal ini masih mengelilingi banyak aspek akuntansi biaya sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemerolehan dan kerugian pos-pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan luar negeri,dan verifikasi biaya sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat.
Walaupun akuntansi General Purchasing Power (daya beli umum) telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat di tingkat nasional yang selamat dari akuntansi inflasi pada pertengahan 1989. Meskipun begitu, beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela.
Kontroversi, hal ini masih mengelilingi banyak aspek akuntansi biaya sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemerolehan dan kerugian pos-pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan luar negeri,dan verifikasi biaya sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat.
Memberikan
kepentingan baru dalam Current Value Accounting atau wajar, diharapkan akan ada
beberapa percobaan lebih lanjut pada variasi jenis sistem akuntansi perubahan
harga. Dan juga ada penilaian pertumbuhan dari lingkungan dimana pendekatan
alternatif mungkin atau tidak mungkin dapat dilakukan dalam pengukuran laba dan
aktiva. Kegunaan output atau harga yang menjual dalam konteks perubahan harga,
khususnya dengan nilai atau properti dan investasi, juga bisa dinilai dengan
lebih baik. Dan ada juga kesempatan - kesempatan menggunakan sumber informasi
yang relevan seperti pada arus kas.