1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pemasaran
Banyak
pengertian yang diberikan mengenai manajemen pemasaran.Salah satu
pengertian menyatakan, bahwa manajemen pemasaran merupakan kegiatan
penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang
dibuat untuk membentuk, membangun, memelihara, keuntungan dari pertukaran
melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka
panjang.
Dengan batasan pengertian mengenai manajemen
pemasaran seperti di atas, maka akan tercakup ruang lingkup yang sangat luas.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa manajemen pemasaran mencakup seluruh
falsafat,konsep, tugas, dan proses manajemen pemasaran. Pada umumnya ruang
lingkup manajemen pemasaran meliputi:
- Falsafah manajemen pemasaran yang mencakup konsep dan proses pemasaran serta tugas-tugas manajemen pemasaran.
- Faktor lingkungan pemasaran merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan pimpinan perusahaan.
- Analisis pasar yang mencakup ciri-ciri dari masing-masing jenis pasar, analisis produk, analisis produk, analisis konsumen, analisis persaingan dan analisis kesempatan pasar.
- Pemilihan sasaran (target) pasar, yang mencakup dimensi pasar konsumen, perilaku konsumen, segmentasi pasar dan kriteria yang digunakan, peramalan potensi sasaran pasar dan penentuan wilayah pasar/penjualan.
- Kebijakan dan strategi produk, yang mencakup strategi, pengembangan produk, strategi produk baru, startegi lini produk, dan strategi acuan produk (product mix).
- Kebijakan dan strategi penyaluran, yang mencakup strategi penyaluran distribusi dan strategi distribusi fisik.
- Organisasi pemasaran, yang mencakup tujuan perusahaan dan tujuan bidang pemasaran, struktur organisasi pemasaran, proses dan iklim perilaku organisasi pemasaran.
2. Perkembangan dan Sejarah Pemikiran Tentang Pemasaran
Pemasaran sudah dipraktikkan
sejak jaman dahulu dan bahkan sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Nabi
Muhammad SAW yang dalam hidupnya melakukan perdagangan atau bisnis. Di sini,
kami menekankan pada karakter dan sifat Nabi Muhammad dalam melakukan proses
bisnis. Nabi Muhammad telah menunjukan bagaimana cara berbisnis yang berpegang
taguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus bisa tetap
memperoleh keuntungan yang optimal. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
yang terdapat pada Al-Quran dan Hadist, Nabi Muhammad melakukan bisnis secara
profesional. Nilai-nilai tersebut menjadi suatu landasan yang dapat mengarahkan
untuk tetap dalam koridor yang adil dan benar. Landasan atau aturan-aturan
inilah yang menjadi suatu syariah atau hukum dalam melakukan suatu bisnis.
Isteri Nabi Muhammad SAW, yaitu Khadizah juga merupakan champion bisnis. Ia
adalah jago pemasaran pada masa itu.
Mungkin
masih banyak yang belum tahu bahwa peradaban bisnis modern berkembang sejak
adanya revolusi industri di tahun 1900. Revolusi ini benar-benar mengubah
tatanan struktur dan perilaku masyarakat pada saat itu. Bisnis yang tadinya
berciri merkantilis (berdagang) kemudian berubah menjadi kapitalis. Kekuatan
modal dipergunakan untuk membangun pabrik dan organisasi perusahaan,memproduksi
barang, dan memperdagangkannya.
Pada proses
ini muncullah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi
dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu
praktik manajemen bisnis, termasuk marketing.
Boleh jadi,
ilmu marketing ketika itu memang menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang
tidak bisa diakomodasi oleh ilmu ekonomi yang telah berkembang terlebih dahulu.
Marketing awalnya tak lebih dari aktivitas bisnis yang sederhana. Para ekonom
pun hanya memasukkannya sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi. Jika
dikatakan bahwa marketing adalah ilmu yang dinamis, itu memang benar adanya.
Sejarah teori dan konsep marketing selalu mengikuti perubahan struktur sosial
dan ekonomi masyarakat. Kemunculan ide-ide baru yang memperkaya ilmu marketing
terus berkembang seiring revolusi besar peradaban manusia.
Pengembangan
konsep pemasaran perlu ditinjau secara terus menerus. Pemasaran sebagai suatu
disiplin perlu juga ditelusuri dari asal-usulnya sebagai kegiatan bisnis sampai
pada posisi kontemporer sebagai kegiatan umum yang berlaku untuk semua jenis
organisasi dan transaksi valuta. Dalam domain yang diperluas tersebut ,
sentralitas pelanggan dipertanyakan sebagai sifat dan tingkat dari proses
pertukaran yang terjadi.
Bentuk
modern pemasaran memiliki proses pertukaran dan transaksi yang membuat proses
sebagai fokus (Alderson 1957, p5;
Bagozzi 1975, p39; Kotler 1984, p4). Kotler menyatakan bahwa pertukaran
mendefinisikan konsep yang mendasari pemasaran. Ia mendefinisikan pertukaran
sebagai 'seni untuk mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan
menawarkan sesuatu kembali' (1988, p6). Agar pertukaran terjadi , Kotler
percaya ada lima syarat yang harus dipenuhi:
(1). Ada
setidaknya dua pihak
(2)
Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai kepada pihak lain
(3)
Masing-masing pihak mampu komunikasi dan pengiriman
(4).
Masing-masing pihak gratis untuk menerima atau menolak tawaran
(5).
Masing-masing pihak percaya itu tepat atau diinginkan untuk berurusan dengan
pihak lain
Pemasaran
karena itu terdiri dari serangkaian kegiatan yang memfasilitasi transaksi dalam
perekonomian pertukaran . Sifat dan tingkat apa pertukaran tersebut dapat
dipahami adalah hal mendasar yang perlu diketahui untuk memahami domain
pemasaran.
American
Marketing Association (AMA) tampaknya sering mendefinisikan pemasaran. Tentu
saja di Australia dan Selandia baru, teks teks dan definisi Amreika
mendoinasi studi disiplin pemasaran di akademi. Saat ini AMA
mendefinisikan pemasaran, sebagai 'Proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide barang dan jasa untuk membuat pertukaran
dan memenuhi tujuan individu dan organisasi' (Marketing News, 1985, halaman 1).
Menurut
definisi ini, kurangnya kekhususan sekitar kata pertukaran dan frasa yang
secara jelas disengaja oleh individu dan organisasi yang jauh
berbeda dengan American Marketing Association yang banyak mempunyai
definisi tahun 1960 yang lebih sempit. Definisi tahun 1960 menyatakan bahwa
itulah pemasaran. 'Kinerja kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang dan
jasa dari produser untuk konsumen atau pengguna' (Komite definisi, 1960, p.15).
Ini tidak sangat berbeda dari definisi 1948 sebelumnya, 'Kinerja kegiatan
diarahkan ke, dan insiden untuk, aliran barang dan jasa dari produser' untuk
konsumen atau pengguna (American Marketing Association 1948)
Definisi
1948 Dan 1960 mencerminkan pengalaman, sejarah dan asal-usul pemasaran.
Sampai hamper 20 tahun lebih , jurnal, majalah dan teks mencerminkan
pandangan pemasaran itu sendiri sebagai teknologi manajemen yang dapat
diterapkan pada lingkungan bisnis yang beroreintasi komersial. Ada
beberapa pengecualian terhadap perspektif ini. Sebagai contoh, pada tahun 1931
Breyer menyumbang satu bab dalam buku teks pemasaran untuk mempelajari
utilitas public komoditi pasar . Pada tahun 1951 Wiebe telah menyajikan
ide-ide provokatif dan contoh memperdagangkan isu isu public
dengan menggunakan komunikasi pemasaran . Pada tahun 1967 Beckman dan Davidson
berbicara tentang penekan yang meningkat pada pemasaran sebagai proses
social dalam tahun 1960-an.
MEMPERLUAS DOMAIN PEMASARAN
Pada tahun 1969 definisi pemasaran
yang lebih luas sudah diucapkan dengan jelas (Kotler & Levy 1969) dan
kemudian definisi ini lebih lanjut diperluas oleh Kotler pada tahun 1972.
Kotler dan Levy berpendapat untuk secara dramatis domain konseptual yang
diperluas untuk pemasaran dari kegiatan bisnis yang sekarang telah,
'meresap ke dalam kegiatan masyarakat yang jauh melampaui penjualan pasta
gigi, sabun dan baja' (Kotler & amp; Levy 1969, p10). Kotler dan Levy
merasa warisan bisnis pemasaran menyediakan serangkaian konsep-konsep yang
berguna untuk membimbing semua organisasi apakah berorientasi pada laba atau
tidak dan apakah terlibat dalam memasarkan pasta gigi, orang atau ide ide. Pada
kenyataannya mereka merasa bahwa pilihan yang dihadapi manajer di organisasi
nonbusiness bukannya apakah harus menggunakan pemasaran atau tidak tetapi
apakah harus menggunakan pemasaram dengan baik atau tidak (Kotler &
amp; Levy 1969, p15).
Dalam
mendukung pandangan pemasaran yang inklusif ini, Kotler and Levy
menggunakan contoh departemen kepolisian yang sedang
mengembangkan kampanye untuk mendapatkan teman dan memengaruhi
orang-orang, direktur museum yang mensponsori pameran seni
kontemporer untuk memperluas daya tarik museum; system
sekolah umum dengan menggunakan televise untuk mendramatisir pekerjaan
agar dapat meningkatkan bantuan untuk apa yang dilakukannya untuk
mengatasi masalah drop out sekolah, mengembang teknik pengajaran baru dan
memperkaya anak anak . junta colonel militer Yunani yang merebut kekuasaan
di Yunani pada 1967 menyewa perusahaan hubungan public New York
public untuk mengatur surat kabar untuk memuat satu halaman penuh di
surat kabar tersebut untuk iklan yang menyatakan, 'Yunani diselamatkan
dari komunisme', dan detail dalam cetakan kecil menanyakan mengapa
pengambil alihan ini diperlukan untuk stabilitas Yunani tersebut dan di dunia
dan kelompok anti merokok di Canada yang melakukan cara cara
inovatif untuk menggunakan dana mereka yang terbatas.(Kotler & Levy 1969,
p11).
Menggunakan
contoh ini dan batas-batas konseptual yang di[perluas, penulis dengan bangga
menyatakan bahwa, 'pemasaran telah mempunyai kesempatan barunya dan
mengaitkan kegiatan ekonomi dengan tujuan social yang lebih tinggi
' (Kotler & amp; Levy 1969, p15).
Satu akademi
pemasaran terkemuka cepat mencoba untuk memperlunak klaim ambisi seperti
itu Ia prihatin bahwa ketika pandangan diajukan oleh
pengarang-pengarang terkemuka seperti Kotler dan Levy, mereka langsung
menerimanya. Jadi pendapat yang bertentangan membutuhkan suara kuat (Luck
1969). Memang Luck berpendapat bahwa jika sebuah definisi dibuat kerangkanya
untuk memenuhi pernyataan Kotler dan Levy .
pemasaran
tidak lagi akan dibatasi dari lembaga atau tujuan akhir dari kegiatan. Jika
tugas yang dilakukan, di mana saja oleh siapa saja, bahwa beberapa kemiripan
dengan tugas yang tampil dalam pemasaran, yang akan menjadi pemasaran '
(keberuntungan 1969, p53).
Kemudian
pemasaran dikembangkan lagi dengan menambah tujuan social . bagaimana konsep
dan teknik pemasaran dapat secara efektif diterapkan untuk promosi
tujuan-tujuan sosial seperti persaudaraan, aman mengemudi dan keluarga
berencana (Kotler & amp; Zaltman, 1971). Para penulis mengklaim untuk
menunjukkan bagaimana sebab-sebab social bisa maju secara lebih berhasil
melalui menerapkan prinsip-prinsip analisis pemasaran , perencanaan dan
kontrol untuk masalah-masalah perubahan sosial. Pertanyaan Wiebe diajukan
pada tahun 1952, 'mengapa Anda tidak dapat menjual persaudaraan seperti
Anda menjual sabun?' (Wiebe 1951-2, p679), secara sederhana dijawab , 'Anda
dapat'. Jawabn ini memperluas lagi domain pemasaran untuk
memasukkan tidak hanya organisasi non-business dan nirlaba organisasi yang
terlibat dalam proses pertukaran bilateral, tetapi juga organisasi yang
terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan sosial
Yang menjadi
Ironi di sini adalah bahwa perluasan definisi pemasaran ini telah
melanggar premis dasar konsep pemasaran yang sudah muncul tahun
1950-an yang beroreintasi pada konsumen . Konsep pemasaran berbeda
dengan orientasi penjualan yang telah mendahuluinya dan orientasi produksi yang
merupakan model pemasaran tahun 1930-an pemasaran. Menurut istilah konsep
pemasaran, pelanggan pusat dan organisasi memenuhi tujuan mereka oleh menemukan
dan tetap berhubungan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan potensial
dan kemudian memuaskan mereka dengan menghasilkan produk yang sesuai
Pemasaran (Inggris:Marketing) adalah proses
penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia.
Pemasaran
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi
keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi kebutuhan dahaganya. Jika
ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun manusia tidak
hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu
misalnya segelas air merek mineral yang bersih dan mudah dibawa. Maka
manusia ini memilih Air mineral dalam kemasan botol yang sesuai dengan kebutuhan
dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah dibawa.
Proses dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran.
Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman
barang (place), dan mempromosikan barang (promotion).Seseorang yang bekerja
dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam
konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.
3. Konsep dan orientasi pemasaran Fungdi universal danTantangan Pemasaran
1.Penanggungan resiko
2.Pendanaan
3.Pengendalian informasi pemasaran Pembelian
4.Penjualan
5.Pengiriman
6.Penyimpanan
7.Standarisasi dan klasifikasi
8.Pembungkusan
2.Pendanaan
3.Pengendalian informasi pemasaran Pembelian
4.Penjualan
5.Pengiriman
6.Penyimpanan
7.Standarisasi dan klasifikasi
8.Pembungkusan
Tantangan Pemasaran
Informasi memang akan menjadi soko guru pemasaran pada abad 21. Namun informasi tidak berdiri tunggal.Ia informasi- akan banyak ditunjang oleh hal-hal lain di luar wilayah kajian informasi. Dengan demikian pemasaran disamping akan banyak dipengaruhi oleh informasi, dalam diri pemasaran akan mengalami pergeseran-pergeseran baru yang sifatnya strategis. Dalam abad 21 ini ada beberapa tantangan bagi profesi pemasaran.
Informasi memang akan menjadi soko guru pemasaran pada abad 21. Namun informasi tidak berdiri tunggal.Ia informasi- akan banyak ditunjang oleh hal-hal lain di luar wilayah kajian informasi. Dengan demikian pemasaran disamping akan banyak dipengaruhi oleh informasi, dalam diri pemasaran akan mengalami pergeseran-pergeseran baru yang sifatnya strategis. Dalam abad 21 ini ada beberapa tantangan bagi profesi pemasaran.
1.Tantangan Visi
Sering kali pengambilan keputusan pemasaran lebih didasarkan pada pemenuhan tuntutan masa sekarang. Dalam konteks global dimana keunggulan kompetitif produk dan jasa memiliki usia yang semakin pendek, hal demikian tidak dapat dipertahankan lagi. Tanggung jawab untuk melihat masa depan menjadi beban para eksekutif pemasaran. Dengan demikian tidak berlebihan bila dikatakan pemasar dituntut untuk menjadi visionary marketer yang strategis dan holistik dalam berpikir serta dapat menghidupkan fungsi marketing intelligence dan corporate intelligence secara nyata.
Pengembangan diri menjadi visionary marketer secara ideal perlu mengadopsi faham kewirausahaan yang mengutamakan proaktivitas dan menerima tanggung jawab utama sebagai innovator dan risk taker.Pemasar harus mempunyai keberanian untuk mendobrak kemapanan dan kreatif dalam menentukan strategi pemasaran. Orang muda macam Richard Kartawijaya ( Microsoft Indonesia ),Barry G Lesmana(Citibank),Betty Alisyahbana ( USI IBM ), Mulia Tambunan (Telkomsel), merupakan pemasar visioner yang akan banyak mewarnai dunia pemasaran Indonesia abad 21.
Sering kali pengambilan keputusan pemasaran lebih didasarkan pada pemenuhan tuntutan masa sekarang. Dalam konteks global dimana keunggulan kompetitif produk dan jasa memiliki usia yang semakin pendek, hal demikian tidak dapat dipertahankan lagi. Tanggung jawab untuk melihat masa depan menjadi beban para eksekutif pemasaran. Dengan demikian tidak berlebihan bila dikatakan pemasar dituntut untuk menjadi visionary marketer yang strategis dan holistik dalam berpikir serta dapat menghidupkan fungsi marketing intelligence dan corporate intelligence secara nyata.
Pengembangan diri menjadi visionary marketer secara ideal perlu mengadopsi faham kewirausahaan yang mengutamakan proaktivitas dan menerima tanggung jawab utama sebagai innovator dan risk taker.Pemasar harus mempunyai keberanian untuk mendobrak kemapanan dan kreatif dalam menentukan strategi pemasaran. Orang muda macam Richard Kartawijaya ( Microsoft Indonesia ),Barry G Lesmana(Citibank),Betty Alisyahbana ( USI IBM ), Mulia Tambunan (Telkomsel), merupakan pemasar visioner yang akan banyak mewarnai dunia pemasaran Indonesia abad 21.
2.Tantangan pada Power Marketing
Landasan utama power marketing adalah memanusiakan pelanggan yang terangkum dalam konsep customer centered marketing. Dengan demikian konsumen merupakan subyek, bukan obyek dari pemasaran. Power marketing akan bertumpu pada tiga kata kunci; moving, caring dan inovating. Moving merupakan tumpuan untuk menjawab gelora persaingan dan dinamika permintaan yang selalu bergejolak karena ekspektasi pelanggan yang semakin tinggi. Dalam perwujudannya, moving musti disertai kepedulian kepada pelanggan (caring) melalui langkah-langkah inovasi ( inovating ) di bidang strategi, manajerial, maupun produk/jasa.
Inovasi merupakan proses untuk menghantarkan nilai tambah bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan menelurkan kepercayaan dan hubungan jangka panjang yang berkelanjutan, yang artinya tercipta loyalitas pelanggan. Hubungan pelanggan tidak sekedar hubungan pada dataran rasional belaka, tetapi sudah jauh merasuk ke dalam ranah emosi pelanggan.Sehingga pangsa pasar yang digenggam bukan hanya mind share, namun sudah masuk ke wilayah heartshare.
Landasan utama power marketing adalah memanusiakan pelanggan yang terangkum dalam konsep customer centered marketing. Dengan demikian konsumen merupakan subyek, bukan obyek dari pemasaran. Power marketing akan bertumpu pada tiga kata kunci; moving, caring dan inovating. Moving merupakan tumpuan untuk menjawab gelora persaingan dan dinamika permintaan yang selalu bergejolak karena ekspektasi pelanggan yang semakin tinggi. Dalam perwujudannya, moving musti disertai kepedulian kepada pelanggan (caring) melalui langkah-langkah inovasi ( inovating ) di bidang strategi, manajerial, maupun produk/jasa.
Inovasi merupakan proses untuk menghantarkan nilai tambah bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan menelurkan kepercayaan dan hubungan jangka panjang yang berkelanjutan, yang artinya tercipta loyalitas pelanggan. Hubungan pelanggan tidak sekedar hubungan pada dataran rasional belaka, tetapi sudah jauh merasuk ke dalam ranah emosi pelanggan.Sehingga pangsa pasar yang digenggam bukan hanya mind share, namun sudah masuk ke wilayah heartshare.
3.Tantangan pada Transferable Marketing
Biaya pemasaran untuk memasuki arena global, secara logis akan meningkat pula. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya adalah dengan memanfaatkan transferable marketing. Arti dari tranferable marketing adalah penyusunan pola pemasaran yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa lokasi atau pasar sasaran dengan derajat universalitas yang ditingkatkan.Contoh yang bagus adalah konsep pemasaran dari DeBeers berlian.DeBeers dibuat di London dan Hongkong, sedang pemanfaatannya disebar ke berbagai lokasi, termasuk Indonesia. Penyebaran ini ( termasuk manfaat dan modelnya ) di sesuaikan dengan situasi negara setempat.
Biaya pemasaran untuk memasuki arena global, secara logis akan meningkat pula. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya adalah dengan memanfaatkan transferable marketing. Arti dari tranferable marketing adalah penyusunan pola pemasaran yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa lokasi atau pasar sasaran dengan derajat universalitas yang ditingkatkan.Contoh yang bagus adalah konsep pemasaran dari DeBeers berlian.DeBeers dibuat di London dan Hongkong, sedang pemanfaatannya disebar ke berbagai lokasi, termasuk Indonesia. Penyebaran ini ( termasuk manfaat dan modelnya ) di sesuaikan dengan situasi negara setempat.
4.Tantangan pada Manajemen Merek
Dalam upaya meningkatkan kiprah di dunia global, para pemasar ditantang untuk meningkatkan reputasi merek.Peran reputasi merek menjadi lebih penting untuk konteks abad 21 lantaran banyaknya jumlah merek yang beredar di pasar. Oleh karena itu di dalam perusahaan perlu ditumbuhkan adanya iklim kerja yang diwarnai dengan kebanggaan merek (brand minded culture). Harus pula diperhatikan pelaksanaan analisis realitas merek ke benak konsumen dalam rangka menentukan strategi peningkatan identitas merek.
Pada abad 21 house brand atau private label akan banyak diproduksi oleh perusahaan. Di Indonesia house brand banyak dilakukan oleh usaha eceran seperti; Matahari, Hero dan Makro.Untuk Matahari house brand produk pakaiannya diberi merek Stanley Adams dan M-2000. Sementara Hero pasar swalayan banyak bermain dalam house brand, semisal; Innosence untuk produk perlengkapan bayi, Hero Selection untuk soft drink, dan Hero untuk produk-produk industri rumah tangga. Untuk Makro, perusahaan ini menamai produk house brand-nya dengan sebutan Aro.
Dalam upaya meningkatkan kiprah di dunia global, para pemasar ditantang untuk meningkatkan reputasi merek.Peran reputasi merek menjadi lebih penting untuk konteks abad 21 lantaran banyaknya jumlah merek yang beredar di pasar. Oleh karena itu di dalam perusahaan perlu ditumbuhkan adanya iklim kerja yang diwarnai dengan kebanggaan merek (brand minded culture). Harus pula diperhatikan pelaksanaan analisis realitas merek ke benak konsumen dalam rangka menentukan strategi peningkatan identitas merek.
Pada abad 21 house brand atau private label akan banyak diproduksi oleh perusahaan. Di Indonesia house brand banyak dilakukan oleh usaha eceran seperti; Matahari, Hero dan Makro.Untuk Matahari house brand produk pakaiannya diberi merek Stanley Adams dan M-2000. Sementara Hero pasar swalayan banyak bermain dalam house brand, semisal; Innosence untuk produk perlengkapan bayi, Hero Selection untuk soft drink, dan Hero untuk produk-produk industri rumah tangga. Untuk Makro, perusahaan ini menamai produk house brand-nya dengan sebutan Aro.
5.Tantangan pada Etika Pemasaran
Masyarakat dan konsumen saat sekarang, terlebih lagi pada masa depan, akan peduli terhadap kualitas dan mulai memperhatikan sisi moralitas dan tanggung jawab sosial perusahaan. Termasuk dalam konteks ini adalah tingkat moralitas dari setiap keputusan pemasaran dan dampaknya bagi stake holder secara keseluruhan.Hal ini semakin dipertajam dengan adanya berbagai pendapat miring yang berkaitan dengan pemasaran, seperti rekayasa produk, penyalahgunaan label dan iklan, serta predatory pricing.Dalam situasi dimana persaingan menjadi lebih ketat dan reputasi perusahaan menjadi modal penting, maka mau tidak mau setiap kebijakan dan keputusan haruslah didasarkan pada kode etik yang berlaku dan ditetapkan oleh perusahaan maupun asosiasi profesional. Kode etik utama yang harus diperhatikan oleh para pemasar adalah; kejujuran dan keadilan dalam proses pemasaran, kode etik dalam bidang promosi, kebijakan harga dan distribusi, kode etik dalam riset pemasaran dan komitmen dalam memajukan peradaban manusia.
Tantangan pemasaran abad 21 seperti disebut diatas merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh para pemasar apabila ingin memenangkan persaingan.Pemasar sejak dini harus mampu mengantisipasi perubahan substansial dari pemasaran ini.Antisipasinya tidak terlalu sulit. Hanya dibutuhkan dua cara; mengoptimalkan kecerdasan dan bersahabat dengan perubahan.
Masyarakat dan konsumen saat sekarang, terlebih lagi pada masa depan, akan peduli terhadap kualitas dan mulai memperhatikan sisi moralitas dan tanggung jawab sosial perusahaan. Termasuk dalam konteks ini adalah tingkat moralitas dari setiap keputusan pemasaran dan dampaknya bagi stake holder secara keseluruhan.Hal ini semakin dipertajam dengan adanya berbagai pendapat miring yang berkaitan dengan pemasaran, seperti rekayasa produk, penyalahgunaan label dan iklan, serta predatory pricing.Dalam situasi dimana persaingan menjadi lebih ketat dan reputasi perusahaan menjadi modal penting, maka mau tidak mau setiap kebijakan dan keputusan haruslah didasarkan pada kode etik yang berlaku dan ditetapkan oleh perusahaan maupun asosiasi profesional. Kode etik utama yang harus diperhatikan oleh para pemasar adalah; kejujuran dan keadilan dalam proses pemasaran, kode etik dalam bidang promosi, kebijakan harga dan distribusi, kode etik dalam riset pemasaran dan komitmen dalam memajukan peradaban manusia.
Tantangan pemasaran abad 21 seperti disebut diatas merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh para pemasar apabila ingin memenangkan persaingan.Pemasar sejak dini harus mampu mengantisipasi perubahan substansial dari pemasaran ini.Antisipasinya tidak terlalu sulit. Hanya dibutuhkan dua cara; mengoptimalkan kecerdasan dan bersahabat dengan perubahan.
REFERENSI
http://filsafatilmupdiefeuns2011.blogspot.com/2012/01/perkembangan-pemikiran-pemasaran.html
http://ratrianicp.wordpress.com/2014/04/14/pengertian-konsep-dan-lingkup-pemasaran/
Assauri
Sofjan.Manajemen Pemasaran.Cet XI: Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar