A. Arti Produk
Produk menurut Kotler dan Amstrong
(1996:274) adalah : “A product as anything that can be offered to a market for
attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a want or
need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan konsumen.
B. Penggolongan Produk
Salah satu strategi untuk menentukan
jadwal produksi adalah membuat penggolongan produk. Pada umumnya penggolongan produk
dibagi 3, yaitu:
- Fast moving
- Medium moving
- Slow moving
Penggolongan produk di atas mengacu
pada tingkat pergerakan tiap produk yang dievaluasi pada kurun waktu tertentu,
misalnya setiap 6 bulan sekali. Dengan evaluasi berkala itu maka kita akan tahu
produk-produk apa saja yang frekuensi permintaannya tinggi dalam kurun waktu 6
bulan.
Misalnya rata-rata hasil produksi produk X dalam 6 bulan terakhir adalah 2.000 pcs, produk Y 500 pcs dan produk Z 50 pcs. Dari angka tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa produk X (fast), produk Y (medium) dan produk Z (slow).
Setelah penggolongan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengurutkan ketersediaan stok ketiga produk tersebut di gudang in proses atau gudang finish good. Produk yang menjadi prioritas produksi adalah yang kuantitas stok dibawah buffer stok yang telah ditetapkan.
Namun demikian jika buffer stok produk x, y dan z sama-sama berada di bawah jumlah buffer yang ditetapkan, kita sebaiknya mendahulukan produk x karena produk tersebut termasuk fast moving.
Misalnya rata-rata hasil produksi produk X dalam 6 bulan terakhir adalah 2.000 pcs, produk Y 500 pcs dan produk Z 50 pcs. Dari angka tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa produk X (fast), produk Y (medium) dan produk Z (slow).
Setelah penggolongan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengurutkan ketersediaan stok ketiga produk tersebut di gudang in proses atau gudang finish good. Produk yang menjadi prioritas produksi adalah yang kuantitas stok dibawah buffer stok yang telah ditetapkan.
Namun demikian jika buffer stok produk x, y dan z sama-sama berada di bawah jumlah buffer yang ditetapkan, kita sebaiknya mendahulukan produk x karena produk tersebut termasuk fast moving.
C. Strategi dan keputusan merek dan
kemasan
·
Merk
Merk adalah nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau suatu kombinasi dari atribut-atribut produk yang
dapat memberikan identitas kepada suatu barang dan membedakan barang tersebut
dengan barang yang lainnya. Setiap barang memiliki merk yang berbeda-beda,
begitu juga fungsi merk bagi pembeli, produsen, maupun pedagang. Beberapa
fungsi merk, yaitu:
- Bagi Pembeli: sebagai dasar penentuan pilihan, jaminan kualitas, kepuasan
- Bagi Produsen: sebagai identitas, promosional, membangun citra produk, dan mengendalikan pasar
- Bagi Pedagang: untuk pengendalian persediaan, prestos, dan kompetitif
Strategi pengembangan merk, yaitu:
- Line extension/Perluasan lini produk
Strategi ini menggunakan nama merek
yang sudah ada ditambahkan variasi seperti diubah ke dalam bentuk baru,
ukuran kemasan yang berbeda, warna dan rasa yang baru namun masih dengan nama
merek yang sama.
- Brand extension/Perluasan merek
Strategi ini menggunakan nama merek
yang sudah ada dikembangkan dan diperkenalkan untuk meluncurkan produk baru
atau produk modifikasi.
- Multi brand/Aneka merek
Strategi ini memperkenalkan banyak
merek baru namun masih dalam kategori produk yang sama.
- New brand/Merek baru
Pada strategi ini adalah meluncurkan
merek yang benar-benar baru untuk kategori produk yang baru juga bagi
perusahaan.
KEMASAN
Menurut Kotler, Packaging
merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau
pembungkus suatu produk. Fungsi dari kemasan, yaitu:
- Pelindung isi (dari kerusakan, kehilangan, dsb)
- Kemudahan menggunakan produk (alat pemegang, tidak tumpah)
- Pemakaian ulang (dapat diisi kembali, untuk wadah lain)
- Daya tarik (artistic, warna, atau desain)
- Identitas (berkesan kokoh, lembut, atau mewah)
- Distribusi (mudah disusun, dihitung, atau dipindahkan)
- Informasi (informasi isi, pemakaian, kualitas)
- Pengembangan (kemajuan teknologi, daur ulang)
Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan
harus memberikan keunikan atau ciri khas dari produk. Salah satunya yaitu
kemasan produk yang mempunyai peranan penting dalam penjualan. Dimana kemasan
bukan hanya sebagai pembungkus, tetapi juga bisa dijadikan sebagai salah satu
alat promosi efektif yang dapat memberikan informasi kepada konsumen mengenai
produk perusahaan. Untuk itu dalam membuat kemasan harus dibuat sebagus
mungkin. Salah satu alasan konsumen tertarik membeli produk dikarenakan kemasan
yang menarik.
Memang kemasan kini disadari oleh
produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus produk.
Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk
berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik
kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk maupun desainnya.
Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik
pada suatu produk karena alasan warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen
yang membeli karena impulse buying, gara-gara menariknya desain, atau bentuk
kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong
konsumen membeli suatu produk.
Melalui kemasan produk, image produk
juga dapat dibentuk misalnya sebagai produk yang kokoh, awet, mewah atau tahan
lama. Sehingga konsumen akan memilih suatu produk karena sesuai syarat yang
akan dibeli misalnya produk yang tahan lama, tidak mudah rusak dan terjaga
kualitasnya. Konsumen seringkali membeli suatu produk tidak untuk segera
dikonsumsi tetapi untuk persediaan, sehingga ia membutuhkan produk yang
terlindungi secara baik isinya, dari kerusakan, berkurangnya isi dan pengaruh
cuaca. Dari sisi distribusi, kemasan juga memegang peranan penting karena
dengan kemasan produk akan mudah disusun, dihitung, ditangani dan disalurkan
secara lebih baik dan cepat. Kemudahan dalam distribusi menjadikan kemasan
didesain tertentu dan dengan ukuran yang mudah untuk dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
D. Keputusan pelayanan
Strategi
tentang merek merupakan cerminan dari strategi perusahaan, dan bahkan dari
kebijakan tentang merek, dapat dibaca berbagai gejala perubahan internal dan
eksternal. Merek telah mengalami evolusi makna, dari sekedar sebuah nama untuk
membedakan suatu produk atau jasa, menjadi wakil dari sebuah obyek, symbol,
citra dan terakhir sebagai gejala terhadap perubahan internal maupun eksternal.
Bagaimana menjelaskan merek sebagai
fenomena perubahan internal dan eksternal ? Mari kita tengok industri rokok
untuk melihat keterkaitan strategi permerekan (branding) dengan
lingkungan eksternal dan situasi internal perusahaan. Para pemain dalam
industri rokok tidak hanya menghadapi dinamika persaingan, tetapi juga harus
menghadapi faktor-faktor eksternal yang bukan hanya terbatas pada konsumen.
Bukan seperti industri lainnya yang perhatian terhadap non konsumen dapat
dinomorduakan, pada industri rokok persoalan dengan stakeholders bukan konsumen
sama-sama pentingnya, yang terkadang urusannya bisa jauh lebih rumit dari pada
sekedar mengurusi konsumennya. Industri rokok menduduki posisi yang unik karena
sangat dibutuhkan tetapi sekaligus dibatasi pertumbuhannya. Pemerintah sangat
berkepentingan dengan industri rokok, yang merupakan kontributor cukai
terbesar. Apalagi industri rokok – langsung maupun tidak langsung – menciptakan
lapangan kerja yang sangat besar. Sementara di sisi lain pemerintah juga
berkepentingan untuk mengerem konsumsi rokok demi alasan kesehatan. Belum lagi
tekanan dari masyarakat internasional yang anti nikotin, dan dituangkan dalam
berbagai upaya WHO, yang berpengaruh terhadap regulasi pemerintah dan gerakan
anti nikotin di masyarakat. Inilah yang dihadapi oleh perusahaan rokok.
Keputusan tentang permerekan
merupakan cerminan dari strategi menghadapi berbagai perubahan eksternal. Salah
satu kebijakan strategis mengenai permerekan adalah kebijakan tentang
pemanfaatan merek berdasarkan tingkatannya. Walaupun dalam implementasinya
diterapkan dalam derajat yang berbeda-beda, secara garis besar pemberian merek
terdiri atas dua tingkatan yaitu merek
produk dan merek korporat.
Pada permerekan produk individual, merek harus berjuang sendiri tanpa dukungan
dari merek korporat. Dorongan membangun merek korporat berkaitan dengan masalah
perusahaan. Seperti yang dihadapi oleh industri rokok, identitas korporat perlu
diangkat ke atas karena didasari oleh perubahan pemikiran bagaimana perusahaan
dapat diterima oleh masyarakat, mengingat produk rokok cenderung mempunyai
citra negatif.
Sementara
dalam pemberian nama produk dapat digolongkan menjadi permerekan produk
individual, permerekan lini produk, dan permerekan cakupan produk. Dalam
permerekan individual setiap produk diberi nama merek yang ekslusif tanpa
dikaitkan secara jelas dengan nama perusahaan. Strategi ini mengarahkan merek
untuk memiliki nilai-nilai kepribadian, identitas, dan positioning yang unik.
Konsekuensinya pendekatan ini mengharuskan setiap produk baru harus mempunyai
suatu merek baru dan diposisikan untuk segmen pasar yang khusus. Tindakan ini
mempermudah untuk mengevaluasi kinerja merek, evaluasi nilainya, dan keputusan
alokasi sumber dayanya. Kekurangannya adalah kemungkinan terjadinya
kanibalisasi, yang terjadi jika konsumen sasaran tidak terdeferensiasi secara
jelas untuk setiap merek dan disertai positioning yang tidak jelas. Kelemahan
lainnya biaya untuk komunikasi pemasaran yang lebih tinggi. Pemberian nama
produk yang berdiri sendiri memang memiliki beberapa keuntungan diantaranya
jika salah satu produk gagal tidak akan berpengaruh terhadap yang lain. Tetapi
investasi setiap produk juga harus dilakukan sendiri. Pendekatan yang
lain adalah permerekan lini produk. Produk dalam satu lini berada di bawah nama
merek yang sama dan memiliki identitas dasar yang sama dengan sedikit perbedaan
untuk masing-masing produk. Skala ekonomi dalam periklanan dan promosi
merupakan kelebihan dari strategi ini, dan setiap perluasan lini akan
memperkuat positioning dan citra merek. Setiap mengiklankan suatu produk dalam
lini tersebut, produk akan meningkatkan awareness untuk keseluruhan lini.
Permerekan cakupan produk merupakan strategi yang menempatkan sejumlah produk
ke dalam kategori yang luas dan dikelompokkan bersama-sama dalam naungan sebuah
nama merek dan dipromosikan ke dalam satu identitas dasar. Produk tersebut
intinya mempunyai merek bersama tetapi mempunyai tingkat kinerja berbeda. Jadi,
salah satu tugas strategi merek adalah menentukan penempatan tingkatan merek
diantara dua kutub yakni permerekan korporat dan permerekan produk, yang
dilandasi kepentingan strategi perusahaan. Namun dalam banjir informasi,
mempertahankan dan memelihara sebuah nama di benak konsumen menjadi sulit dan
mahal. Sehingga permerekan korporat menjadi trend.
Produk Individual dan Lini Produk
Strategi tentang merek merupakan
cerminan dari strategi perusahaan, dan bahkan dari kebijakan tentang merek,
dapat dibaca berbagai gejala perubahan internal dan eksternal. Merek telah
mengalami evolusi makna, dari sekedar sebuah nama untuk membedakan suatu produk
atau jasa, menjadi wakil dari sebuah obyek, symbol, citra dan terakhir sebagai
gejala terhadap perubahan internal maupun eksternal.
Bagaimana menjelaskan merek sebagai
fenomena perubahan internal dan eksternal ? Mari kita tengok industri rokok
untuk melihat keterkaitan strategi permerekan (branding) dengan
lingkungan eksternal dan situasi internal perusahaan. Para pemain dalam
industri rokok tidak hanya menghadapi dinamika persaingan, tetapi juga harus
menghadapi faktor-faktor eksternal yang bukan hanya terbatas pada konsumen.
Bukan seperti industri lainnya yang perhatian terhadap non konsumen dapat
dinomorduakan, pada industri rokok persoalan dengan stakeholders bukan konsumen
sama-sama pentingnya, yang terkadang urusannya bisa jauh lebih rumit dari pada
sekedar mengurusi konsumennya. Industri rokok menduduki posisi yang unik karena
sangat dibutuhkan tetapi sekaligus dibatasi pertumbuhannya. Pemerintah sangat
berkepentingan dengan industri rokok, yang merupakan kontributor cukai
terbesar. Apalagi industri rokok – langsung maupun tidak langsung – menciptakan
lapangan kerja yang sangat besar. Sementara di sisi lain pemerintah juga
berkepentingan untuk mengerem konsumsi rokok demi alasan kesehatan. Belum lagi
tekanan dari masyarakat internasional yang anti nikotin, dan dituangkan dalam
berbagai upaya WHO, yang berpengaruh terhadap regulasi pemerintah dan gerakan
anti nikotin di masyarakat. Inilah yang dihadapi oleh perusahaan rokok.
Keputusan tentang permerekan
merupakan cerminan dari strategi menghadapi berbagai perubahan eksternal. Salah
satu kebijakan strategis mengenai permerekan adalah kebijakan tentang
pemanfaatan merek berdasarkan tingkatannya. Walaupun dalam implementasinya
diterapkan dalam derajat yang berbeda-beda, secara garis besar pemberian merek
terdiri atas dua tingkatan yaitu merek
produk dan merek korporat.
Pada permerekan produk individual, merek harus berjuang sendiri tanpa dukungan
dari merek korporat. Dorongan membangun merek korporat berkaitan dengan masalah
perusahaan. Seperti yang dihadapi oleh industri rokok, identitas korporat perlu
diangkat ke atas karena didasari oleh perubahan pemikiran bagaimana perusahaan
dapat diterima oleh masyarakat, mengingat produk rokok cenderung mempunyai
citra negatif.
Sementara dalam pemberian nama
produk dapat digolongkan menjadi
permerekan produk individual,
permerekan lini produk, dan permerekan cakupan produk. Dalam permerekan
individual setiap produk diberi nama merek yang ekslusif tanpa dikaitkan secara
jelas dengan nama perusahaan. Strategi ini mengarahkan merek untuk memiliki
nilai-nilai kepribadian, identitas, dan positioning yang unik. Konsekuensinya
pendekatan ini mengharuskan setiap produk baru harus mempunyai suatu merek baru
dan diposisikan untuk segmen pasar yang khusus. Tindakan ini mempermudah untuk
mengevaluasi kinerja merek, evaluasi nilainya, dan keputusan alokasi sumber
dayanya. Kekurangannya adalah kemungkinan terjadinya kanibalisasi, yang terjadi
jika konsumen sasaran tidak terdeferensiasi secara jelas untuk setiap merek dan
disertai positioning yang tidak jelas. Kelemahan lainnya biaya untuk komunikasi
pemasaran yang lebih tinggi. Pemberian nama produk yang berdiri sendiri memang
memiliki beberapa keuntungan diantaranya jika salah satu produk gagal tidak
akan berpengaruh terhadap yang lain. Tetapi investasi setiap produk juga harus
dilakukan sendiri. Pendekatan yang lain adalah permerekan lini produk.
Produk dalam satu lini berada di bawah nama merek yang sama dan memiliki
identitas dasar yang sama dengan sedikit perbedaan untuk masing-masing produk.
Skala ekonomi dalam periklanan dan promosi merupakan kelebihan dari strategi
ini, dan setiap perluasan lini akan memperkuat positioning dan citra merek.
Setiap mengiklankan suatu produk dalam lini tersebut, produk akan meningkatkan
awareness untuk keseluruhan lini. Permerekan cakupan produk merupakan strategi
yang menempatkan sejumlah produk ke dalam kategori yang luas dan dikelompokkan
bersama-sama dalam naungan sebuah nama merek dan dipromosikan ke dalam satu
identitas dasar. Produk tersebut intinya mempunyai merek bersama tetapi mempunyai
tingkat kinerja berbeda. Jadi, salah satu tugas strategi merek adalah
menentukan penempatan tingkatan merek diantara dua kutub yakni permerekan
korporat dan permerekan produk, yang dilandasi kepentingan strategi perusahaan.
Namun dalam banjir informasi, mempertahankan dan memelihara sebuah nama di
benak konsumen menjadi sulit dan mahal. Sehingga permerekan korporat menjadi
trend.
Dalam menawarkan lini produk,
perusahaan-perusahaan biasanya menciptakan platform dan modul dasar yang dapat
ditambahkan untuk memenuhi tuntutan pelanggan. Pendekatan moduler ini
memungkinkan perusahaan tersebut menawarkan berbagai variasi sambil menurunkan
biaya produksi. Manajer-manajer lini perlu mengetahui penjualan dan laba setiap
barang lininya untuk menentukan barang mana yang harus dikembangkan,
dipertahankan, diambil hasilnya, atau dilepaskan. Mereka juga perlu memahami
profil pasar setiap lini produk. Selain itu, manajer lini produk juga harus
menganalisa bagaimana lini tersebut diposisikan terhadap lini pesaing (pemetaan
produk). Manfaat dari pemetaan produk ini antara lain adalah untuk
mengindentifikasi segmen pasar.
Suatu
perusahaan dapat menggolongkan produk-produknya menjadi empat tipe yang menghasilkan margin kotor yang berbeda,
bergantung pada volume penjualan dan promosinya, yakni produk inti, kebutuhan
pokok, kekhususan, barang mudah. Perusahaan-perusahaan yang melayani pasar
menengah mungkin memutuskan untuk merentangkan lininya ke kedua arah. Lini
produk dapat juga diperpanjang dengan menambah lebih banyak jenis produk dalam
rentang lini sekarang. Ada beberapa motif untuk melakukan pengisian lini (line
filling) yakni dengan cara memperoleh tambahan laba, berupaya memuaskan
penyalur yang mengeluhkan kehilangan penjualan karena tidak memiliki jenis
produk dalam lini tersebut, berupaya memanfaatkan kapasitas yang berlebihan,
berupaya menjadi perusahaan terdepan dengan lini lengkap, dan mencoba menutup
lubang agar tidak diisi pesaing.
Pengisian
lini dianggap berlebihan jika hal itu mengakibatkan kanibalisasi diri sendiri
dan pelanggan bingung. Perusahaan tersebut perlu melakukan diferensiasi
masing-masing jenis barang dalam benak pelanggan. Setiap jenis produk
seharusnya memiliki perbedaan yang benar-benar dapat dikenali. Selain itu,
perusahaan tersebut juga seharusnya memastikan bahwa jenis produk yang
diusulkan tersebut memenuhi kebutuhan pasar bukan ditambahkan semata-mata hanya
untuk memuaskan kebutuhan internal. Lini produk perlu dimodernisasi. Dalam
pasar produk yang berubah cepat, modernisasi dilakukan terus-menerus.
Perusahaan-perusahaan merencanakan penyempurnaan untuk mendorong perpindahan
pelanggan ke jenis produk yang bernilai lebih tinggi dan berharga lebih tinggi.
Masalah utamanya adalah menentukan waktu yang tepat untuk penyempurnaan
tersebut agar hal itu tidak tampak terlalu dini (sehingga mengganggu penjualan
lini sekarang) atau terlalu lambat (setelah pesaing membangun reputasi yang
kuat untuk peralatan yang lebih maju).
Manajer lini produk tersebut
biasanya memilih satu atau beberapa jenis produk dalam lini itu untuk
ditonjolkan. Pada saat yang lain, manajer akan menonjolkan jenis produk lapis
atas untuk memberikan gengsi kepada lini produk tersebut. Kadang-kadang
perusahaan menemukan salah satu lapisan lininya laku keras dan lapisan lainnya
tidak laku. Perusahaan tersebut mungkin akan mencoba menaikkan permintaan untuk
produk yang penjualannya lebih lambat, khususnya jika produk tersebut
dihasilkan di pabrik yang menganggur karena kekurangan permintaan.
Manajer-manajer lini produk secara berkala harus mempelajari lini untuk melihat
produk yang tidak menghasilkan lagi sehingga menekan laba. Jenis-jenis produk
yang lemah tersebut dapat dikenali melalui analisis penjualan dan biaya.
Pemangkasan juga dilakukan apabila perusahaan tersebut mengalami kekurangan
kapasitas produksi. Perusahaan-perusahaan biasanya memperpendek lini produknya
pada masa-masa permintaan tinggi dan memperpanjang lininya pada masa-masa
permintaan lambat.
Klasifikasi Barang Industri
Tiga kelompok barang industri :
- Bahan baku dan suku cadang (materials & parts) : adalah barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan. Terbagi atas dua kelas :
a. Bahan mentah : Bahan mentah
terbagi atas dua kelas utama :
1) Produk pertanian misalnya gandum,
padi, kapas, ternak, dsb.
2) Produk alam misalnya ikan, kayu,
minyak mentah, biji besi, dsb.
b.
Bahan baku dan suku cadang hasil manufaktur : Dibagi atas dua kategori :
1) Bahan baku komponen misalnya, besi,
kabel, semen, dsb.
2) Suku cadang komponen misalnya, motor
kecil, ban, cetakan, dsb.
- Barang modal (capital items) : adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir. Terbagi atas dua kelompok :
a.
Instalasi, Instalasi terdiri dari :
1)
Bangunan misalnya pabrik dan kantor
2)
Peralatan misalnya generator, bor, lift, dsb.
Instalasi merupakan pembelian
yang besar. Instalasi biasanya dibeli langsung dari produsennya.
b.
Peralatan
Meliputi peralatan dan perkakas
pabrik yang dapat dibawa-bawa misalnya perkakas pertukangan, truk pengangkut
serta peralatan kantor misalnya PC dan meja.
Peralatan memiliki umur yang
lebih singkat dibandingkan instalasi tetapi umurnya lebih panjang dibandingkan
perlengkapan operasi.
- Perlengkapan dan Jasa Bisnis : adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir.
Perlengkapan ada dua jenis :
a.
Perlengkapan operasi misalnya pelumas, batu bara, kertas tulis, pensil, dsb.
b.
Barang untuk pemeliharaan dan perbaikan misalnya cat, paku, sapu dsb.
Perlengkapan ekuivalen dengan barang convenience
dalam bidang industri ; perlengkapan biasanya dibeli dengan usaha minimum
berdasarkan pembelian ulang langsung.
Jasa bisnis meliputi :
a.
Jasa pemeliharaan dan perbaikan misalnya membersihkan jendela, reparasi mesin
tik, dsb.
b.
Jasa konsultasi bisnis misalnya konsultasi manajemen, hukum, iklan, dsb.
Bauran Produk
Bauran produk (product mix, juga disebut product assortment) : adalah kumpulan
dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu kepada
pembeli. Misalnya kodak terdiri atas dua lini produk utama : produk informasi
dan produk citra. Michelin memiliki tiga lini produk : ban, jasa, dan
pemeringkat restoran.
Bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar,
panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu :
- Lebar bauran produk mengacu pada berapa banyak macam lini produk perusahaan itu.
- Panjang bauran produk mengacu pada jumlah unit produk dalam bauran produknya.
- Kedalaman bauran produk mengacu pada berapa banyak varian yang ditawarkan tiap produk dalam lini tersebut.
- Konsistensi bauran produk mengacu pada seberapa erat hubungan berbagai lini produk dalam hal penggunaan akhir, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau hal lainnya.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar